4 Model Bisnis E-Commerce: Mana yang Cocok untuk Usaha Anda?
Author: Farah Ramadhani
Menentukan model bisnis e-commerce merupakan salah satu langkah terpenting dalam merancang usaha Anda. Tanpanya, usaha yang Anda bangun akan kehilangan value dan sulit untuk bertahan dengan sukses di tengah persaingan bisnis online saat ini.
Dalam artikel ini, Compas telah merangkum 4 jenis model bisnis e-commerce beserta operasionalnya. Anda akan bisa menentukan arah bisnis online dengan mempelajari terlebih dahulu semua jenisnya. Baca selengkapnya di bawah ini, ya.
4 Model Bisnis E-Commerce yang Umum
1. B2B (Business to Business)
Sesuai dengan namanya, bisnis dengan model business to business menjual produk atau jasanya ke badan usaha lain. Karena itu, konsumen dari model bisnis e-commerce jenis ini belum tentu end-user.
Mereka bisa saja menjadi reseller dan menjual kembali produk atau jasa yang mereka dapat. Siklus penjualan dari B2B ini menjadi panjang karena proses tersebut.
Walaupun siklusnya panjang, tapi keunggulan dari bisnis model ini adalah konsumen yang loyal dan tingkat penjualannya yang lebih tinggi dibanding model bisnis lain.
Beberapa contoh usaha yang menerapkan B2B biasanya menawarkan inventaris usaha seperti perlengkapan kantor, mesin untuk produksi, dan peralatan industi lainnya. Terdapat juga produk digital seperti web hosting dan penyedia big data.
2. B2C (Business to Consumer)
Anda pasti sudah tidak asing dengan model bisnis e-commerce business to consumer. Model bisnis ini merupakan yang paling umum ada di kalangan usaha online. Bisnis model B2C menawarkan produk atau jasa untuk end-user.
Tidak seperti B2B, bisnis dengan model B2C tidak memiliki siklus penjualan yang panjang. Konsumen umumnya membeli untuk dirinya sendiri dan tidak membutuhkan waktu yang lama sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Namun, B2C biasanya tidak memiliki loyalitas konsumen setinggi B2B. Produk atau jasa yang ditawarkan meliputi kebutuhan sehari-hari atau hiburan.
3. C2C (Consumer to Consumer)
Antar konsumen juga bisa melakukan transaksi jual-beli. Jika hal tersebut terjadi, maka masuk ke jenis model bisnis C2C atau consumer to consumer. Di Indonesia, C2C banyak ditemukan di situs OLX ataupun Carousell.
Situs penjualan di model bisnis kategori ini cukup singkat dan tidak membutuhkan effort yang besar untuk memasarkan dagangannya. Karena itu, banyak orang tertarik dengan model bisnis e-commerce C2C.
Sayangnya, model bisnis jenis ini kurang baik jika ingin dijadikan sumber penghasilan utama. Penjual akan kesulitan mengontrol kualitas produk dagangannya. Selain itu, harga produk dan jasanya juga masih sulit dikendalikan dan bisa turun dengan drastis.
4. C2B (Consumer to Business)
Selain ke sesama individu atau bisnis, konsumen juga bisa melakukan kerjasama dengan badan usaha. Biasanya, bentuk kerjasama yang ditawarkan berupa jasa. Karena itu, para pekerja freelancer masuk di kategori bisnis ini.
Pelaku model bisnis C2B biasanya memasarkan jasanya melalui situs pekerja lepas seperti Freelancer dan Upwork. Selain itu, biasanya perusahaan juga mencari talent melalui situs LinkedIn.
Usaha pemasaran pada bisnis model C2B tentu lebih tinggi dari jenis lainnya karena dilakukan oleh konsumen untuk badan usaha. Selain tingginya angka kompetitor, perusahaan juga melaukan seleksi yang tinggi dalam menentukan penyedia jasa yang tepat.
7 Metode Operasional dalam Model Bisnis E-Commerce
Terdapat 7 jenis teknik operasional untuk model-model bisnis e-commerce di atas. Teknik operasional ini meliputi bagaimana cara mendapatkan barang hingga penyampaiannya ke konsumen. Berikut penjelasannya.
- Shipping
Metode paling umum dalam bisnis e-commerce. Anda hanya perlu membeli barang dari bisnis lain atau melakukan produksi sendiri, lalu mengirimnya ke konsumen.
- Dropshipping
Kebalikan dari shipping, Anda hanya melakukan pemasaran untuk produk yang akan dijual. Pengemasan dan produksi produk dilakukan oleh bisnis lain.
- Wholesale
Teknik operasional ini lebih dikenal dengan sebutan grosir. Jadi Anda hanya menyediakan barang dalam jumlah besar, namun harga satuan lebih rendah.
- D2C (Direct to Consumer)
Metode D2C berati perusahaan memproduksi dan memasarkan dagangannya sendiri. Umumnya hal ini dilakukan melalui situs resmi perusahaan atau toko officialnya di e-commerce.
- Private Labelling
Private labelling berati Anda melakukan perjanjian dengan pihak manufaktur untuk memproduksi barang. Nantinya, barang yang diproduksi hanya dikhususkan dijual oleh perusahaan Anda.
- White Labelling
Pada metode kali ini, Anda tidak melakukan perjanjian dengan produsen. Namun, perusahaan Anda bekerjasama dengan perusahaan white labelling lain untuk memasarkan satu atau lebih produknya. Perusahaan Anda akan mendesain sendiri kemasan dan brand produk tersebut.
- Subscription
Metode berlangganan ini berati konsumen akan mendapatkan layanan atau produk tertentu dari perusahaan Anda dalam suatu interval, misalnya kurun waktu 3 bulan.
Penjelasan model bisnis e-commerce beserta metode operasionalnya ini dapat membantu Anda menentukan arah perusahaan. Dalam menentukan model bisnis perusahaan, tentunya Anda juga membutuhkan riset.
Compas Dashboard dapat membantu Anda melakukan riset peluang bisnis dengan menampilkan data yang mendukung dan mudah dimengerti. Anda juga bisa mengatur sendiri data tersebut sesuai kebutuhan perusahaan.
Beberapa data yang ditampilkan Compas Dashboard meliputi market share di kategori tertentu, total sales revenue, total sales quantity, hingga daftar top brands dan produk terlaris dalam periode waktu tertentu.
Pelajari selengkapnya dengan follow dan DM Instagram Compas melalui link ini, ya. Anda juga bisa langsung menghubungi tim kami untuk diskusi terkait kebutuhan data di link berikut. Yuk, jadi jawara di e-commerce dengan Compas Dashboard!